Friday, December 8, 2023
Google search engine
HomeBerita InternasionalRupiah Menguat Terhadap Dolar AS di Tengah Antisipasi Kebijakan The Fed

Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS di Tengah Antisipasi Kebijakan The Fed

Rupiah mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan latar belakang The Fed yang bergerak kebijakan yang lebih melunak, sementara Bank Indonesia masih mempertimbangkan pengetatan suku bunganya. Data dari Refinitiv menunjukkan rupiah dibuka pada angka Rp15.635/US$, menguat sebesar 0,06% setelah mengalami pelemahan sebesar 0,13% pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.06 WIB turun 0,10% menjadi 105,49, sedikit lebih rendah daripada angka penutupan sebelumnya yang mencapai 105,61.
Penguatan rupiah ini terkait dengan peningkatan penjualan ritel di Indonesia sebesar 1,1% (year-on-year) pada bulan Agustus 2023, meskipun turun dari pertumbuhan sebesar 1,6% pada bulan Juli, menunjukkan pertumbuhan selama tiga bulan berturut-turut. Proyeksi dari Trading Economics mengindikasikan bahwa penjualan ritel di Indonesia dapat meningkat menjadi 2,9% year-on-year.
Peningkatan penjualan ritel mengindikasikan kinerja konsumsi yang lebih baik, yang dapat mendorong permintaan dan mengerek harga. Ini berpotensi meningkatkan inflasi, yang pada gilirannya mendukung kebijakan pengetatan suku bunga dan menguntungkan rupiah.

Namun, sentimen negatif muncul setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan penurunan cadangan devisa (cadev) sebesar US$1,8 miliar menjadi US$133,1 miliar. Pasar semakin khawatir karena jumlah cadev saat ini mencapai level terendah sepanjang tahun 2023, yang dapat membatasi kemampuan pemerintah untuk membayar utang luar negeri dan menjaga stabilitas mata uang rupiah.

Sementara itu, pelaku pasar sedang menunggu informasi lebih lanjut tentang kebijakan yang akan diambil oleh The Fed, yang sering dijadikan acuan oleh bank sentral negara lain termasuk investor. The Fed baru-baru ini mempertahankan suku bunga acuan untuk kedua kalinya pada awal November ini, berada di kisaran 5,25-5,50%.

Seiring berakhirnya periode yang berlangsung hingga 28 Oktober 2023, jumlah permohonan tunjangan pengangguran di Amerika Serikat melonjak 5.000 menjadi 217.000. Angka ini melampaui ekspektasi pasar sebesar 210.000 dan menandai level klaim tertinggi dalam hampir dua bulan, mengindikasikan kesulitan pengangguran dalam mencari pekerjaan. Data ini juga sejalan dengan sinyal dari The Fed tentang pelemahan kondisi pasar tenaga kerja, yang memungkinkan kebijakan yang lebih melunak.

Selain itu, harga minyak Brent berada pada titik terendah dalam 2-1/2 bulan, menunjukkan penurunan kekhawatiran terkait defisit pasokan. Penurunan harga minyak dapat mengakibatkan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), yang berkontribusi pada inflasi yang terkendali. Situasi ini dapat mendorong bank sentral di seluruh dunia untuk mengambil kebijakan yang lebih melunak.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments