Berjalan kaki bukan hanya kebiasaan sehat, tetapi juga bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat Jepang. Dalam sebuah penelitian baru-baru ini oleh Universitas Kyoto, kebiasaan berjalan kaki di Jepang dikaitkan dengan penurunan risiko kematian.
Penelitian tersebut melibatkan 4.165 pria dan wanita berusia 65 tahun atau lebih di Kameoka, Prefektur Kyoto, dan mengamati hubungan antara jumlah langkah yang diambil sehari dengan risiko kematian. Hasilnya, mereka yang berjalan satu atau dua hari mengalami penurunan risiko kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah sebesar 8,1%, sedangkan bagi yang berjalan tiga sampai tujuh hari, penurunan risikonya mencapai 8,4%.
Namun, alasan orang Jepang doyan berjalan kaki tidak hanya terbatas pada manfaat kesehatan. Tim detikcom menemukan beberapa faktor menarik di balik kegemaran ini:
- Fasilitas yang Mendukung
- Jepang memiliki kota-kota besar yang ramah pejalan kaki dengan trotoar datar dan teratur.
- Warga taat aturan lalu lintas, hanya menyeberang di zebra cross atau area yang ditentukan.
- Harga Taksi yang Mahal
- Biaya taksi yang tinggi mendorong orang Jepang memilih transportasi umum atau berjalan kaki.
- Ongkos taksi di Tokyo mencapai 500 yen atau sekitar Rp 56 ribu untuk jarak pertama yang hanya 1.096 meter.
- Iklim Subtropis yang Nyaman
- Jepang dengan iklim subtropis memiliki 4 musim, dan saat ini sedang memasuki musim semi dengan suhu yang ideal untuk beraktivitas di luar ruangan.
- Trotoar Hanya untuk Pejalan Kaki
- Di Jepang, trotoar benar-benar diperuntukkan untuk pejalan kaki, tanpa ada yang berjualan atau berhenti di sana.
- Tidak Ada Catcalling
- Di Jepang, pejalan kaki dapat menikmati keamanan dan kenyamanan tanpa risiko catcalling atau tatapan tak sopan.
Berjalan kaki di Jepang bukan hanya tentang kesehatan, tetapi juga tentang keamanan, kenyamanan, dan dukungan infrastruktur yang mendukung gaya hidup sehat ini.
